KEMATIAN DIATAS CINTA
Hari-
hari begitu cerah, kicauan burung, gemercik air terjun, pepohonan yang hijau.
Dibawah bukit tampaklah rumah mungil, meskipun kecil akan tetapi desain rumah
itu sangat menarik. Disitulah Prinsa dan keluarganya tinggal. Prinsa tergolong
keluarga yang berkecukupan, akan tetapi dia selalu tidak menyombongkan diri dengan
kehidupannya. Meskipun sekitar
lingkungan rumah Prinsa mayoritas keluarga tidak mampu, Prinsa tetap mau
bergaul dengan mereka.
Orang-
orang sekitar Prinsa sangat bangga kepadanya karena menurut mereka jarang anak
remaja seperti Prinsa. Prinsa sekarang duduk di bangku SMU N 01 Bintang
Harapan. Prinsa juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi dan aktif dalam
setiap kegiatan sekolah. Tak heran jika dia menjadi primadona sekolah. Banyak
teman laki-lakinya ingin menjadikannya sebagai pacar, bahkan kakak kelasnya pun
berebut untuk bisa menaklukan hati Prinsa,karena selain dia cerdas, dia juga
cantik.
Di
ruang 07 prinsa dan teman- teman yang lain sedang mengerjakan soal- soal
testing.Tiba- tiba perhatian Prinsa tertuju pada teman yang duduk di sampingnya.
“ Dek kenapa? Kok kayaknya bingung!”
“ Iya nih kak,
Saya lupa ga bawa pulpen. Kalo ijin
keluar ambil pulpen kira-kira boleh ga yah!”.
“Dek mendingan ga usah, pengawas ini terkenal
killer, nih kakak bawa pulpen dua kamu bisa pake dulu.”
“Terima kasih kak,kalau ga ada kakak gatau nih
nasib saya”. “sama- sama.” Sambil (melempar senyuman).
Waktu testing sudah habis. Anak- anak keluar
dengan perasaanyang bermacam- macam.
“
Kak…………kak……kak Prinsa ,…….”
“Oh
iya dek ada apa dek…..!”
“Ini
kak saya mau balikin pulpen kakak, makasih ya kak.”
“Oh
iya, kamu sendiri tau nama aku dari mana?”
“Ya iyalah siapa yang ga kenal kak
Prinsa…!”
“Alaaa kamu bisa aja” jangan panggil
aku kakak ya, panggil aja Prinsa.Ya dah balik duluan yah”
“Iya kak, eh salah Prin, hati- hati di jalan”.
Digerbang sekolah banyak anak yang
berhamburan untukpulang ke rumah masing- masing.
“
Loh Prink ok belum pulang?.
“Iya ini lagi nunggu angkutan.”
“Ya
udah mendingan sama saya saja, lagian kita kan searah.”
“Tapi
………………… gak” usahlah, biar Prinsa nunggu angkutan aja. Makasih.”
“
Prinsa mau nungguin angkutan sampai jam berapa? Orang denger- denger supir
angkotnya pada mogok gara- gara uang yang harus mereka setorkan terlalu
tinggi.”
“Apa
iya. Kalau gitu gimana dong?”
“
Udah ikut Bagas aja.”
“
Apa ngga’ ngrepotin Bagas?”
“Ngga’
kok …….. ayo….!”
Sampai di depan rumah Prinsa.
“Ayo gas masuk dulu.”
“Makasih Prin, tapi Bagas meski
pulang sekarang.”
“Oh ya udah, makasih ya !”
“Prin
boleh ngga’ aku minta nomor hpmu?”
“Oh…
boleh.”
“Yaudah
prin Bagas pulang dulu.”
“Oh
iya, makasih atas tumpangangnya.”
“Hati – hati ya Gas!”
Orang – orang di sekitar Prinsa binmgung karena
sebelumnya Prinsa ngga pernah pulang bersama cowok. Padahal banyak cowok
yang pingin pulang sama dia. Tapi Prinsa selalu menolaknya dengan halus. Tiba – tiba ada seorang ibu – ibu yang
menanyakan kejadian tersebut.
“Nak
Prinsa, itu siapa?”
“Pacarnya ya? Wah ganteng bauanget………namanya siapa nak? Cocok lho sama nak Prinsa.”
“
Ah, ibu inibisa saja. Dia itu Cuma temen kok, kebetulan ia sejalur, jadi ia
ngajakin bareng.”
“Oh
begitu……..tapi kalau kalian pacaran juga ngga’ apa – apa nak, serasi kok!”
Prinsa
hanya tersenyum melihat ulah ibu – ibu tetangga.”
“Yaudah
ibu – ibu, Prins masuk dulu ya!”
“Oh
iya. Silahkan nak.” (jawab ibu – ibu serempak)
Ketika Prinsa sedang asyik menikmati pemandangan
bintang di langit tiba – tiba hpnya berbunyi.
“Ada
sms, dari siapa nih?”
“Malam
Prinsa, lagi apa? Ini aku Bagas.”
“Oh
Bagas” (Prinsa membalas sms dari Bagas)
“Malam juga, Aku lagi memandang langit
melihat bintang dan bulan”
Mereka asyik smsan sampai – sampai mereka ngga’ tahu kalau sudah jam
sembilan malam. Akhirnya mereka terlelap dalam mimpinya masing – masing. Lama –
kelamaan keakraban mereka dianggap pacaran oleh teman – teman Prinsa dan Bagas.
Padahal banyak cowok yang ingin menjadi pacar Prinsa. Tapi entah apa yang ada
di pikiran Prinsa memilih Bagas yang hanya seorang adik kelas. Setelah lama
mereka jalan, sifat asli Bagas kelihatan, yaitu arogan, keras, dan kasar. Hal
tersebut diketahui Prinsa saat mereka jalan bareng. Tiba – tiba ada anak kecil yang meminta makanan
pada Prinsa dan Bagas. Tiba – tiba saja Bagas membentak dan mengusir anak kecil
itu. Dan anak kecil itu pun lari sambil menangis.
“Dik,
sini jangan pergi.” (Prinsa memanggil anak kecil itu).
“Ini
kakak punya roti, ini buat adik, oh iya, ini kakak juga punya sedikit uang.”
“Makasih
kak.”
“Iya.”
(Sambil melempar senyum manisnya)
“Prinsa, kenapa kamu kasih pengemis itu
roti dan uang?”
“Karena anak itu lebih membutuhkan.”
“Mereka
hanya sampah masyarkat, memangnya orang tua mereka kemana? Anak kok dibiarin berkeliaran mengemis.”
“Cukup Gas, mereka juga manusia, mereka
butuh uluran tangan kita. Kalau kita bisa bantu kenapa ngga’!”
“Tapi
Prinsa……… nanti mereka jadi males!”
“Apa bedanya ma kamu? Kamu juga ngemis kan?”
“Maksud kamu apa?”
“Iya,
kamu sendiri juga ngemis sama ortu. Kamu juga males kerja, so apa
bedanya sama kamu?”
“Tapi Prinsa……….”
“Sudah cukup, terserah kamu mau
ngomong apa.”
Mereka pun
berpisah.
Di kantin sekolah banyak yang dilakukan siswa – siswi SMA N 01 Bintang
Harapan. Di meja paling sudut terdapat segerombolan anak kelas X-1 berkumpul.
Tiba – tiba ada anak perempuan yang sedang bertanya pada Bagas.
“Gas, apa iya you masih ma Prinsa?”
“Masih.
Emang kenapa?”
“Ih…,
kamu kok seleranya rendah banget, masa ama kakak kelas, emang ga ada yang
menarik di antara kita atau yang seumuran ma kamu?”
“Iya bener Gas, emangnya kamu ga kuatir
pa? Kalau Prinsa bisa selingkuh sekarang kan kamu adik kelas, lagian temen –
temenya yang seumuran bahkan yang lebih tua kan banyak yang lebih oke dari kamu,
mereka juga pingin mendapatkan cinta Prinsa.”
“Iya
ya? Bener juga! Ngapain juga gue mikirin dia?”
“Terus
gimana dong? Putus, gue ngga maulah. Apa selingkuh saja ya?”
Di
belakang pembicaraan mereka ternyata ada Prinsa. Prinsa mendengar percakapan antara
Bagas dengan teman – temannya. Prinsa sadar ternyata selama ini Bagas hanya
mepermainkan perasaannya. Saat Prinsa hendak beranjak tiba – tiba dia menabrak
ibu kantin dan ini pun menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin. Bagas
pun tersentak dengan keberadaan Prinsa. Prinsa pun berlari dan duduk di bawah
pohon rindang. Di bawah pohon itu dia menumpahkan air matanya. Saat ia
menumpahkan air matanya tiba – tiba ada orang yang memegang pundaknya dari
belakang.
“Prinsa, sudahlah jangan kau tangisi
kejadian ini. Tidaklah pantas kau tangisi dia. Begitu dong. Aku pingin
melihat Prinsa yang dulu, yang selalu ceria.”
“Oh iya kakak siapa? Kok Prinsa baru melihat kakak. Kakak anak baru?”
“Tidak,
kakak sudah lama di sekolah ini. Cuma sudah lama kakak ngga’ masuk. Oh iya
kenalin, nama kakak Gilang.”
“
Ooooo….., lho kenapa kakah lama ngga’ masuk?”
“Ngga’ pa pa, Cuma ingin istirahat saja.”
“Yaudah
kalau kakak ga mau cerita, gak pa pa. Prinsa mau masuk kelas dulu ya kak.”
“Oh
iya. Sampai ketemu lagi.”
Hanya senyum manis yang
dilemparkan Prinsa sebelum meninggalkan kakak kelasnya itu. Bel akhir sekolah pun berbunyi. Anak –
anak bersorak gembira keluar kelas. Di depan gerbag sekolah ternyata sudah ada
sosok yang menantinya.
“Prinsa….!”
“Ha… Kakak, kok kak Gilang belum pulang?”
“Belum. Nunggu kamu.”
“Nunggu… Prinsa?”
“Iya.
Aku pengin minta temenin kamu untuk jalan – jalan. Kamu mau kan?”
“Tapi
kak!”
“
Aku mohon Prinsa.”
“Tapi
kita pulang dulu ya kak. Aku ngga’ mau bikin orang tua khawatir.”
“Iya boleh deh.”
Mereka pun meluncur dari pintu
gerbang dan meninggalkan sekolah. Di lain tempat Bagas yang merasa jeules
melihat kebersamaan Prinsa dan Gilang.
“Kak
Gilang, emang kita mau kemana?”
“Ya kemana saja, yang penting aku bisa
bahagia berjalan sama kamu Prins.”
“Dah nyapai rumah kak, ayo masuk
dulu. Prinsa ganti baju dulu ya kak!
Sekalian mau ijin ma mama.”
“Oh
iya.’
“Mah,
Prinsa mau pergi ma kak Gilang.”
“Pergi kamana saying? Jangan malam – malam
pulangnya! Mama ngga mau kamu kecapekan.”
“Iya
ma. Oh iya, Prinsa ambil tas dulu ya!”
“Gilang,
tante mohon jagain Prinsa! Selama
ini Prinsa ngga’ pernah keluar, kecuali sama saya. Ia ngga’ boleh
kecapekan”
“Iya tante, Gilang tahu, untuk itu
Gilang ngajak jalan – jalan.”
Prinsa keluar dari kamarnya.
“Kok mamah nangis?”
“Inget mah, Prinsa ngga’ suka kalo
mama mengeluarkan air mata. Bagi Prinsa air mata mama begitu mahal untuk
dibuang.”
“Ngga’ sayang, mama ngga’ nangis, barusan mama kelilipan.”
“Yaudah
kita berangkat dulu.”
“Ya.
Hati – hati sayang!”
Gilang
dan Prinsa jalan – jalan menikmati indahnya pemandangan, dan tampak terakhir
menuju kafe.
“Prinsa,
Aku mau ke belakang dulu ya. Kamu pesan dulu ya! Tolong pegangin tas kakak ya!”
“Iya
kak.”
Saat
Prinsa hendak duduk tiba – tibaada orang yang menabraknya dan tasnya Gilang
jatuh. Tiba – tiba kertas putih keluar dari dalam tas Gilang.
“
Apa ini ……?”
“
Apa …… ternyata kak Gilang punya penyakit jantung, dan ini sudah parah.”
Setelah Gilang kembali dari kamar mandi dan
didapatinya Prinsa belum memesan makanan .
“ Prinsa, kok belum pesan makanan ?”
“
Oh……..iya kak, Prinsa nunggu kakak.”
“ O.. gitu ya …….. ya udah pesan yuk.”
Setelah selesai makan mereka pun pulang. Dikamar Prinsa melamun dan sambil menulis
buku diarinya.
13
Mei 2009
Dear diary
Tidak menyangka seorang kak Gilang punya penyakit
jantung, kasian dia, pasti hatinya sedih begitu juga orang tuanya. Karena aku
juga mengalami bagaiman rasanya mengidap penyakit yang menakutkan.
Prinsa
Tiba – tiba hp Prinsa berbunyi
“ Halo siapa…….?”
“
Halo ini kak Gilang Prinsa.”
“
Oh, kakak, ada apa kak..?”
“
Ngga’ papa, kakak Cuma pengin ditemenin kamu malam ini, kok kamu kaya habis
nangis, kamu nangis ya Prin….?
“
Oh ngga’ kok, Cuma lagi pilek aja.”
“ Oh………………udah minum obat belum..?”
“
Udah kok..”
Sampai malam mereka ngobrol lewat hp dan mereka
memutuskan untuk tidur.
Pagi yang cerah tapi tak secerah muka Prinsa. Saat
sarapan bersama tiba- tiba Prinsa meminta sesuatu kepada orang taunya.
“ Mah, Pa ….. sebelum Prinsa
pergi nanti, Prinsa ingin mendonorkan jantung Prinsa buat kak Gilang.”
Air mata mamanya pun mengalir.
“ Ma, Prinsa ga mau melihat mama menangis lagi,
ini semua udah jalannya mah.”
“
Iya sayang, maafin mama yah..”
“
Ya udah Prinsa sekolah dulu..”
Setibanya di sekolah tiba- tiba teman Prinsa menghampiri.
“ Prinsa kamu tau ngga’ kalau kak Gilang anak
kelas XII- IB sakit, sekarang dia di rumah sakit.”
“ Apa………….!!!” ( Prinsa tersentak kaget mendengar
kabar itu )
“ Masa…!!” (
Tiba- tiba Bagas menghalangi jalan Prinsa ).
” Bukan urusan
kamu”
Dirumah sakit sudah terdapat orang tua Gilang dengan tangisnya yang tidak
tertahan. Saat Prinsa hendak masuk
ruangan Gilang, Tiba – tiba mama Gilang memberikan secarik kertas.
“ Kamu yang namanya Prinsa ya..?”
“ Iya tante, saya Prinsa..”
“ Nak, tante menemukan ini dikamar Gilang.”
“ Apa in tante?”
“ Bacalah....!”
Dear
Prinsa
Hai Prinsa
cantik,
Mungkin ini surat terakhirku buat kamu. Aku
tahu, pasti kamu sudah tahu kalo aku punya penyakit jantung.
Prinsa sebenarnya sudah lama pula kau tahu
kalau kamu mngidap penyakit tumor otak. Karena setiap kamu Check up, aku juga
check up. Karena penasaran ngapain kamu dirumah sakit ini, aku menanyakan kepada
suster. Selama ini pula aku mencintaimu, karena waktu itu akau dengar kamu
sudah jadian sama Bagas, aku urungkan niatku untuk mendekatimu.
Prinsa terima
kasih karena disaat saat terakhirku, kamu mau menemaniku.
Yang mencintaimu
Gilang
“ Kak maafin Prinsa ya, Prinsa
ngga’ tahu kalo selama ini kakak mencintai Prinsa.” ( Air mata prinsa tak terbendung
lagi ).
“
Tante Prinsa pulang dulu yah, sudah sore, nanti Prinsa kesini lagi.”
“
Iya nak, terima kasih sudah mau njagain Gilang. Hati- hati ya nak.”
“
Iya tante, permisi tante, om.”
Sesampainya
dirumah
“ Ma, pah, sekarang kak Gilang terkapar di rumah sakit.”
“ Terus kenapa Prinsa?”
“ Mama, papa kan tahu kalo
sebelum Prinsa pergi, Prinsa pengin mendonorkan jantung Prinsa buat kak
Gilang.”
“
Prinsa pengin istirahat, kini saatnya, Prinsa pengin istirahat.”
“ aku harap mama, papa ngga’ keberatan. Ini permohonan Prinsa yang terakhir.”
“
Prinsa mohon kabulkan permintaan Prinsa.”
“
Tapi Prinsa kamu kan masih muda!” ( Isak tangis mama Prinsa pun tak tertahan)
“
Iya sayang kamu masih muda, mama ngga’ pengin kehilangan kamu sayang.”
“
Sudahlah ma, pa suatu saat kan Prinsa juga akan meninggalkan kalian.”
“
Jangan tangisi kepergian Prinsa, ini sudah kodrat Yang Maha Kuasa.”
“
Baiklah kami penuhi permintaanmu nak!!”
“
Terima kasih ma……..pa…… Prinsa sayang kalian.”
“
Sekarang kita kerumah sakit ya, ma.. pa….”
“
Janga sekarang nak, besok pagi aja ya..”
“ Kamu masih capek, istirahat dulu.”
“ Ngga’ ma , kak Gilang disana sedang
berjuang melawan penyakitnya.”
“
Baiklah nak, tapi nanti setelah isya ya.”
Sebelum pergi kerumah sakit Prinsa menulis sepucuk
surat buat kak Gilang. Setelah selesai Prinsa pergi kerumah sakit, dan
memberikan surat tersebut kepada mamanya Gilang. Mamanya gilang mengucapkan
beribu- ribu terima kasih kepada Prinsa. Operasi pun berjalan.
”
Ma… pa ….Prinsa pengin mama. Papa, tersenyum sebelum Prinsa pergi.”
“
Sudahlah nak kami sudah pasrah dengan kodrat Tuhan.”
Operasi berjalan dengan baik, kebahagiaan
terpancar dimata kelurga Gilang dan kesedihan terpancar di keluarga Prinsa.
Semua orang ngga’ menyangka kalau Prinsa akan
meninggalkan mereka, teman- temannya mengantarkan Prinsa ke peristirahatan
terakhir. Terdapat juga Bagas yang menangis meledak- ledak.
“ Prinsa……. Maafin aku, aku
sudah membuatmu kecewa……..” (sambil memegangi batu nisan Prinsa )
“
Sudahlah nak Bagas, ini bukan salahmu, ini sudah kehendak yang kuasa.”
Orang tua Gilang datang kerumah sakit
karena mereka mendengar kabar bahwa Gilang sudah sadar.
“
Tante, om kok kalian disini, mana Prinsa……!”
Air mata mamanya
Prinsa tak terbendung lagi.
“ Ada apa ini, mana Prinsa om…?”
“
Nak Gilang ini ada titipan buat kamu”
“
Apa ini om?”
Gilang membaca surat dari Prinsa.
Dear
kak Gilang,
Saat kakak membaca surat ini mungkin
Prinsa sudah tidak ada disamping kakak, maafin Prinsa karena Prinsa ngga’ bias
nemenin kakak dalam membuka mata kakak saat kakak sadar.
Prinsa sudah membaca surat kakak, Prinsa minta
maaf karena selama ini Prinsa ngga’ tahu kalau kakak mencintai Prinsa.
Sebenarnya
sejak kakak hadir di kehidupan Prinsa, Prinsa merasa kebahagiaan yang tak
pernah terlupakan.
Prinsa juga mencintai kakak, tapi
meski raga ini tidak bisa memiliki, hati
dan cintaku hanya untuk kakak. Jangan tangisi kepergian Prinsa. Prinsa harap kakak akan tersenyum ketika
kakak membuka mata kakak.
Prinsa berdoa semoga kelak kita bertemu
disorga. Prinsa menunggu kakak di sorga. Salam sayang buat kak Gilang
dari Prinsa yang mencintai kakak.
Love
Prinsa
“ Om, ini semua bener kan…! Prinsa masih ada kan om….?”
“
Prinsa mana om, Gilang pengin ketemu…..!”
“
Tenang nak Gilang. Biarkanlah Prinsa istirahat dengan tenang di sorga.”
“
Ngga’ ini semua bohong……….!”
“
Nak Gilang mari kita ke pemakaman Prinsa”
Di pemakaman hanya terdapat isak tangis menangisi kepergian Prinsa. Meraka
tidak akan pernah lagi melihat keceriaan, senyuman, tawa, canda ria seorang
Prinsa. Prinsa sudah terbujur kaku dibawah gundukan tanah.
“
Prinsa, maafin kakak. Gara- gara kakak Prinsa jadi kayak gini, seandainya
Prinsa tidak ngorbanin jantuing Prinsa buat kakak semua ini ngga’ akan
terjadi.”
“
Terima kasih Prinsa, meski jantungmu tak lagi berdetak di ragamu, tapi jantung
ini kan berdetak di raga kakak, kakak merasa kalau Prinsa masih hidup di hati
kakak. Selamat jalan Prinsa,
kelak kakak akan menjemputmu di sorga.”
THE
END
Cerita di atas adalah drama yang pernah aku perankan bersama kelompokku untuk praktek kesenian. Dalam drama itu aku berperan sebagai PRINSA :)








Tidak ada komentar:
Posting Komentar